SELAMAT DATANG DIBLOG RESMI HMI KOMISARIAT HUKUM UIR, TERIMAKASIH TELAH MENGUNJUNGI...!!!

Jumat, 31 Januari 2020

Mendikbud : Kuliah 5 Semester, Solusi atau Sensasi?

   
            OLEH : REKI WAHYUDI (HMI P3A)

     Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem makarim menyampaikan Program Kampus Merdeka yang bakal mengubah beberapa kebijakan yang ditujukan bagi Perguruan Tinggi. Di antaranya mengurangi Kewajiban mahasiswa (S1) di Prodi atau Jurusan menjadi 5 tahun,  jumat (24/1/2020).

     Nadiem menjelaskan, "Kebijakan Kampus Merdeka ini hanya mengubah Peraturan Kebijakan Menteri, tidak sampai mengubah Peraturan Pemerintah ataupun Undang-undang."

     Perubahan yang dilakukan Nadiem berupa definisi Satuan Kredit Semester (SKS) dari "jam belajar" menjadi "jam kegitan". Dalam hal ini jumlah SKS yang diwajibkan kepada mahasiswa tidak berubah, melainkan hanya kegiatan belajar dan pilihan mata kuliahnya saja berbeda di 3 semester terakhir.

     Mendikbud berpandangan bahwa Kualitas SKS untuk kegiatan proses pembelajaran diluar kampus sangat minim dan tidak adil bagi mahasiswa yang telah berjuang dengan mengorbankan banyak waktu.

     Oleh karenanya mahasiswa diberikan kesempatan secara sukarela untuk dapat mengambil atau tidaknya SKS diluar kampus sebanyak 2 semester atau setara 40 SKS.

     Tidak hanya itu mahasiswa juga dibolehkan mengambil SKS di Prodi atau Jurusan berbeda dalam 1 semester yang setara dengan 20 SKS dari total semester yang harus ditempuh. "Ketentuan ini tidak berlaku bagi Prodi Kesehatan", Ujar Nadiem.

     Di samping itu, Mendikbud menjelaskan Program Kampus Merdeka bagi Perguruan Tinggi Negeri (PTN) dan Perguruan Tinggi Swasta (PTS) diberikan hak Otonomi dalam melakukan pembukaan Program Studi baru. Dalam hal ini bila PTN dan PTS sudah Berakreditasi A dan B, dan telah bekerja sama dengan Organisasi dan/atau Universitas.

     Program tersebut menjadi salah satu jalan alternatif dalam menopang edukatif selama hingga sesudah masa perkuliahan. Namun, hal tersebut akan berimlikasi terhadap alokasi dana samakin besar diiringi oleh lamanya wisuda.

Senin, 20 Januari 2020

Relevansi IPK Dengan Masa Depan


              OLEH : REKI WAHYUDI (P3A)

assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Laka falakal hamdu walaka syukru. Salam sejahtera bagi kita semua.

Rasa syukur kita kirimkan kepada Allah SWT hingga tulisan ini sampai ke tangan pembaca.
Tak bosan-bosannya penulis selalu punya tekad untuk memberikan inspirasi pembaca lewat tulisan sederhana ini.

     Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) bukanlah hasil dari segalanya. Mendapatkan IPK tinggi tak akan menentukan masa depan. Justru yang lebih berpengaruh adalah pengalaman, skill, pola pikir, dan karakter diri. Karena masa depan bukan dibangun oleh angka sebab angka berbentuk nilai yang memuaskan bukan dilihat dari besaran persentase yang tercantum di KRS semester, melainkan nilai yang sesuai dengan usaha sendiri lebih berkelas. Oleh sebab itu, kalau mau berkelas, tak boleh malas, karena kemalasan tak akan bisa membawa kita kemana-mana. Melainkan tak berkembang. Jadi jangan menyerah ya.

     Jangan mengutuk diri sendiri!
Lebih baik coba luangkan waktu sendiri dan intropeksi diri!
Apakah ada yang salah dengan cara belajar kita?
Apakah secara tak sadar kita meremehkan kuliah?
Apakah selama ini kita malas mengerjakan tugas?
atau bahkan, ini semua sudah maksimal dilakukan?

"Mendapatkan IPK tak sesuai harapan akan membuat kita sadar bahwa hasil usaha tak melulu berbentuk angka. Namun ilmu yang bermanfaat adalah hal utama. Jadi, kamu sudah mendapatkannya". Ujar Rahmad, Selasa, (14/1/2020).

     Sebenarnya bukan kamu ngak mampu, cuma saja kamu ngak mempercayai dirimu mampu memperjuangkannya. Lanjut Rahmad

     Sering kali IPK rendah membuat kita mengeluh oleh sebab ocehan orang-orang yang intelektual rendah. Padahal mengeluh itu jauh lebih melelahkan dibanding  mengerjakan apa yang harusnya kita kerjakan.

"kerjakan apa yang menjadi tugas kita, biar Allah yang mengukurnya. Kita tidak pernah bertanggung jawab atas kata mereka, kita hanya akan bertanggung jawab atas apa yang kita kerjakan". Pinta Nella, Kamis, (16/1/2020).

     Untuk menggapai masa depan seharusnya yang dilakukan adalah kuatkan tekad dan memiliki tujuan jelas akan membantu kita untuk tahu hendak kemana, dan paling penting jagalah motivasi. Sudahkah anda memiliki tujuan yang jelas di masa mendatang?

     Kita takkan pernah mendapatkan hasil yang berbeda jika masi melakukan cara yang sama. Jika mau merubah hasil, gunakan cara yang berbeda. Bila belum berhasil temukan satu cara dan lakukan dengan konsisten. Jika gagal, ubah caranya, jika gagal lagi, perbaiki niatnya. Jika niat sudah benar, lakukan meski sesulit apapun kondisinya.

     Tak dapat IPK tinggi hanyalah suatu keberuntungan yang tertunda. kesiapan dan kesempatan adalah keberuntungan yang mesti dicapai. Dan kesiapan mesti diusahakan.

Penulis mengajak mari belajar, belajar dan belajar walaupun rasa lelah membuat kita tak kuat. "Bila kau tak tahan lelahnya belajar, maka kau harus tahan menanggung perihnya kebodohan". (Imam Syafi'i).

Rabu, 08 Januari 2020

Rumahku Itu Sekretariat Himpunanku


     Rumah itu bukan bangunan kokoh yang terbuat dari batu, tempat berlindung dari hujan dan panasnya terik matahari, bukan juga tempat dimana antum dilahirkan dan dibesarkan, karena rumah bisa jadi penjara ketika kau tidak menemukan kenyamanan.

     Rumah adalah tempat dimana kau bisa merasa nyaman, tempat dimana kau bisa menjadi dirimu sepenuhnya, tanpa ada batasan tanpa ada larangan.

     Smp di 2 sekolah yang berbeda, dan Sma di 4 sekolah, 6 tempat berbeda, lingkungan berbeda, pergaulan berbeda tapi tidak ada yang memberikan kenyamanan seperti saat penulis masuk kehimpunan yang tercinta ini, himpunan yang mengubah warna darah dan tulang penulis, dari merah putih ke hijau hitam.

     Awalnya masuk hanya sekedar ajakan dari teman, yang kemudian berubah menjadi tempat yang tak terlupakan. Malam keakraban, acara himpunan pertama yang membuat penulis mengakrabkan diri dengan yang lainnya, 3 hari 2 malam yang menjadi awal mula dari segalanya. Dinamika-dinamika yang terjadi saat itu merupakan momen yang tak terlupakan walaupun lebih kemenyakitkan daripada indah, karena penulis terkena demam keesokanharinya.

     Ajakan dari salah satu senior andalan penulis untuk menghadiri acara Musyawarah Nasional Alumni Himpunan membuka minat penulis untuk lebih aktif lagi. Telpon dari senior jam 2 pagi mengajak penulis untuk ngopi-ngopi membuat penulis membangun hubungan emosional yang kuat terhadap senior-senior andalan dihimpunan. Karena dalam menjalin suatu hubungan yang terpenting adalah kedekatan emosional.

     Suasana disekretariat membuat penulis merasa nyaman, bercandaan receh yang dilontarkan membuat penulis merasa lebih hidup. "Ayam berkokok diatas genteng, sini rokok biar aku ganteng" "ayam berkokok diatas genteng, jangan merokok biar ganteng" jokes receh yang membuat penulis tertawa karena diperagakan seperti palang pintu.

     Makan diatas kertas nasi yang menyambung tanpa terputus, dengan satu kertas nasi bisa sampai 4 orang, berbaris dempet-dempetan dengan sayur kol andalan yang selalu hadir, merupakan budaya di komisariat penulis, yang mana merupakan salah satu hal yang penulis rindukan.

     Masih banyak hal yang ingin penulis sampaikan, tapi apalah daya dikarenakan kemampuan penulis yang jelek dalam merangkai kata, penulis bingung bagaimana menyampaikannya.


Akhirul kalam

Bahagialah Hmi
Jayalah Kohati
Yakin Usaha Sampai

Penulis : Angga Rambe
Semester : 1

Tersinggung Adalah Hak Semua Orang


     Penulis dalam perjalanan hidupnya telah tinggal diberbagai tempat, jauh dari orang tua, meninggalkan keluarga dikampung. Dalam perjalanan itu pula penulis berjumpa dengan berbagai macam orang, berteman dengan banyak sekali orang, mengalami berbagai kejadian-kejadian yang tidak mungkin bisa penulis lupakan.

     Jauh dari keluarga membuat penulis lebih menghargai pertemanan, karena penulis yakin teman juga merupakan keluarga penulis, walaupun tidak sedarah setidaknya kami lebih dari bersaudara.

     Penulis dalam percakapan sehari-hari dengan teman-teman penulis sering kali menggunakan makian atau perkataan-perkataan kasar yang mana menurut penulis merupakan suatu bukti nyata adanya hubungan emosional yang kuat diantara kami.

     Perkataan-perkataan kasar ini merupakan hal yang biasa dalam lingkup pergaulan penulis, sehingga penulis sepakat dengan pendapat yang mengatakan terkadang makian-makian itu bisa mempererat hubungan.

     Sampai suatu hari penulis menyadari bahwa terkadang orang bisa mendadak tersinggung jika suatu perkataan atau tindakan itu dilakukan diwaktu yang tidak tepat. Penulis punya cerita dimana suatu hari teman penulis si Surti sedang sakit, dan si Juminten sedang berada dikos Surti, saat itu penulis mempunyai rasa terhadap si Surti yang mana penulis sebagai lelaki tampan yang karismatik ingin menunjukkan rasa peduli terhadap Surti. Penulis mengatakan " angkat kakilah dari kos Surtik, nyemak aja pun" kepada si Juminten, maksud perkataan penulis bertujuan agar si Juminten segera pergi membiarkan si Surti istirahat dengan menggunakan sedikit metafora.

    Juminten merasa tersinggung dengan perkataan penulis, disaat itu penulis tidak bisa berkata apa-apa. Penulis dan Juminten adalah teman, yang mana terkadang dalam percakapan sehari-hari kami menggunakan perkataan-perkataan kasar dan segala macam makian.

     Penulis juga pernah membuat seseorang tersinggung dengan mengatakan sesuatu yang bukan ditujukan kepada orang tersebut. Penulis sering kali menyinggung seseorang tanpa penulis sadari.
Saat ini penulis berusaha berbicara lebih sedikit dan mendengarkan lebih banyak, walaupun penulis percaya bahwa tersinggung adalah hak semua orang, tapi yang tersinggung belum tentu benar. Terkadang seseorang seringkali tersinggung tanpa tau maksud dari perkataan atau tindakan.

Penulis : Angga Rambe
Semester : 1

Minggu, 05 Januari 2020

Inspirasi Tidak Membutuhkan Permisi


                     Oleh         : Angga Rambe
                     Semester : 1

      Penulis bermimpi menjadi tokoh-tokoh yang dilihatnya didalam film, atau yang dibacanya didalam novel. Penulis pernah bermimpi menjadi seperti Leonardo Da Vinci seorang seniman multitalenta yang penulis baca darinovel Assasin Creed : Brotherhood, penulis juga bermimpi menjadi seorang sejarawan dan arkelolog sepintar Robert Langdon dari serial novelnya Dan Brown.

     Setelah membaca buku The Art of War nya Tsun tzu yang katanya merupakan buku wajib baca oleh pimpinan pimpinan militer didunia, penulis sangat tertarik dengan kehidupan militer. Ketika melihat Bai Qi penulis ingin berdiri didepan medan perang memimpin ratusan ribu pasukan, melihat Jiang Shang penulis ingin membawa ribuan pasukan menuju kemenangan hanya dengan strategi-strategi sederhana.

     Sampai sekarang penulis masih belum menemukan cita-cita penulis yang sebenarnya, penulis masih berusaha menemukan jati dirinya. Menurut penulis kebanyakan orang mimpinya ditentukan oleh orang lain, ketika diberi pertanyaan  " mau jadi apa" tapi dengan pilihan jawaban yang memang sudah ditentukan, seolah memberi kebebasan tapi tanpa disadari disitu ada pemaksaan.

    Penulis punya banyak macam mimpi, mencari berbagai cara menggapai mimpi-mimpi tersebut walaupun selalu menyerah tidak sampai setengah perjalanan tapi selalu diawal. Sekarang penulis berstatus sebagai mahasiswa fakultas hukum, penulis tidak tau apakah ini jalan yang terbaik untuk mencapai mimpi penulis? penulis hanya yakin bahwa usaha-usaha penulis pada akhirnya akan sampai.